Senin, 23 Maret 2015

Pemberi Beasiswa Hanya Memberikan Beasiswa Kepada Orang Yang Siap!

Jujur, gw senang berbagi informasi, apalagi informasi yang menyangkut tentang beasiswa. Gw sangat welcome ke orang-orang yang email ke gw untuk menyanyakan perihal beasiswa. Gw akan balas email orang tersebut dengan catatan:
  1. Apakah sudah membaca buku panduan atau mencari informasi-informasi yang diperlukan via Google? Kalau sudah namun masih belum menemukan jawabannya, feel free untuk bertanya ke gw by email.
  2. Essay. Well, again, gw ngga pelit info. Bahkan gw share beberapa essay gw yang membuat gw sukses menjadi lpdp awardee. Kalau ada essay yang ngga gw share, berarti essay itu gw rasa cukup personal untuk di-share ke publik. Gw akan lebih appreciate kalo diminta proofread untuk essay yang sudah kalian buat.
  3. Minta informasi tentang beasiswa yang lagi buka berikut persyaratannya. Mas, Mba, kalau bisa email ke Saya, seharusnya punya akses internet, kan? Kalau mau mendapatkan informasi tentang beasiswa, bisa kog di-Google dulu daripada menunggu email balasan gw. Itu lebih efektif.
  4. Jurusan. Mottonya adalah “You know yourself best”. Nah, kalau masih bingung mau ambil jurusan apa, lebih baik gali lebih dalam tentang diri kalian, misalnya visi misi kalian kedepannya apa dan bagaimana. Gw sih bisa saja memberikan ide untuk kalian. Tapi sebagai aplikan beasiswa, kalian harusnya sudah tahu arah tujuan kalian itu mau kemana. Gw pernah di-email “seseorang” beberapa bulan lalu. Intinya dia mau apply beasiswa lpdp tapi dia galau mau ambil jurusan apa, terus terkendala “takut” ngga dikasih izin oleh atasannya. Jadi dia bertanya ke gw bagaimana minta izin ke atasannya. Gw sih sudah kasih saran sebisa gw. Eh, tetep aja dia galau. Well, harusnya untuk masalah begituan sih uda harus di-solve sendiri ya. Bagaimana kalian bisa meyakinkan interviewer atau pemberi beasiswa jika kalian sendiri masih galau dan bingung dengan diri sendiri berikut pilihan kalian? Pemberi beasiswa hanya memberikan beasiswa kepada orang yang siap!


Sekian dari gw untuk malam ini. Semoga bisa jadi bahan renungan, yah! 

Kamis, 12 Maret 2015

LoA (Letter of Acceptance) Pertama Pasca Menjadi LPDP Scholarship Awardee

Setelah berpikir matang-matang, di awal Desember 2014, gw putusin untuk apply ke University of Bristol, the United Kingdom. Why University of Bristol? Karena University of Bristol adalah Top 30 Universitas terbaik dunia! Why di kota Bristol? Karena kota Bristol adalaj kota yang paling nyaman untuk ditinggali di Inggris berdasarkan beberapa artikel yang gw baca. :D

Nungguin admission result itu serasa LAMAAA banget yah! Harusnya gw dapet admission result di Januari 2015. Namun dikarenakan ada dokumen yang kurang, di tanggal 12 Januari 2015, pihak Universitas inform ke gw bahwa admission result gw di-pending dengan alasan ada dokumen yang kurang dan gw diminta untuk kirimin dokumen yang kurang itu the latest by 26 Januari 2015 agar aplikasi gw bisa diproses lebih lanjut. Lesson to learn: baca dan pahami baik-baik Requirement untuk apply program apapun ke Universitas. Untung aja pihak admission University of Bristol baik mau mintain dokumen yang kurang, nggak langsung pake nolak aja. Lucky me!

Dan ENG ING ENG! Di awal Februari 2015, email dari University of Bristol masuk ke inbox Yahoo! Mail gw dengan judul “Good news from the University of Bristol – IMPORTANT PLEASE READ”. Disitu kadang Saya merasa bahagia! Gw dapet Unconditional LoA di University of Bristol untuk program MSc in Economics, Finance and Management! 



Ternyata perjuangan gw selama ini ngga sia-sia, Bro! Gw diterima di salah satu sekolah terbaik dunia lagi! Tapi, gw masih ngejar University of Edinburgh, University of Munich, dan Erasmus University of Rotterdam! Semoga diantara semua universitas itu, gw dapet universitas yang terbaik untuk gw dan masa depan gw!

To be continued…

Selasa, 10 Maret 2015

GTMOO(Gerakan Tidak Minta Oleh-Oleh)

Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar dari kita untuk meminta oleh-oleh pada teman yang berpergian; baik itu sekedar basa-basi, benar-benar meminta, ataupun "menitip" dengan embel-embel "gue nitip lo, ntar gue bayar."

Jujur, Saya bukanlah orang yang hobi berbelanja. Jadi, ketika Saya berpergian, maka hal yang Saya lebih prioritaskan adalah ingin mengenal kebudayaan setempat (makanan dan bahasa terutama) dan juga berinteraksi dengan orang lokal di daerah tersebut.

Salah satu hal yang paling berkesan yang Saya pelajari ketika berkuliah di Amerika Serikat adalah tentang budaya "minta oleh-oleh". Daripada meminta oleh-oleh yang sebenarnya bikin repot orang yang berpergian (note: tiap orang punya itinerary sendiri dengan memaksimalkan waktu yang terbatas), mereka (American) lebih memilih untuk mengucapkan "Have a safe and nice trip, Andreas!" Kalimat singkat sarat makna itu Saya anggap sebagai doa dari orang-orang terkasih agar Saya selamat sampai tujuan dan menikmati perjalanan Saya. Ingat, kita tak akan pernah tahu kapan saat "itu" tiba. Bisa saja hari dimana Saya berpergian adalah hari terakhir Saya hidup di Bumi.

Bagi Saya, ini adalah salah satu hal positif yang bisa kita tiru dari mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita. Tidak naif, Saya tidak pernah menolak oleh-oleh, tapi Saya tidak pernah meminta oleh-oleh. Malahan, Saya yang tidak meminta selalu diberi, dan tak jarang berlipat ganda. Rezeki takkan kemana.

Tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun juga, Saya dalam hal ini hanya sekedar berbagi tentang pendapat Saya mengenai minta oleh-oleh. Kesimpulannya, Saya mengajak teman-teman semua untuk berhentilah meminta oleh-oleh dan lebih daripada itu, berkatilah mereka orang-orang terkasihmu yang akan berpergian.

Salam,
Andreas