Minggu, 30 Januari 2011

persiapan untuk beasiswa CCIP AMINEF (2)-tentang paspor dan uneg2nya

Sejak akhir April 2010, aku pun giat mencari informasi tentang beasiswa CCIP Aminef, mulai dari membuka website Aminef, mengirim e-mail berisi pertanyaan kepada ibu isye tentang hal yang masih belum kumengerti (makasih uda membalas e-mail saya, mbak Isye..^^), dan tentunya bertanya kepada “teman dekatku” (hihi).
Tahap awal yang aku lakukan di bulan April 2010 adalah pembuatan paspor. Sebenarnya aku sudah hampir membuat paspor di tahun 2008 ketika hendak mengikuti study tour ke KL-Malaysia bersama teman-teman kuliahku dengan harga yang lumayan, 500ribu!! Aku meminta biro jasa untuk mengurus pembuatan pasporku, jadi aku tidak harus terlalu repot untuk ini itu (I guess). Aku kemudian menyerahkan berkas dokumen yang diperlukan untuk pembuatan paspor di salah satu biro jasa di kota Medan. Setelah aku menyerahkan dokumenku kepada karyawan biro tersebut di pagi hari, mereka menelponku di siang hari dan berkata, “Pak, berhubung ada masalah di akta lahir Bapak, jadi biaya pembuatan paspor bapak adalah 1juta.”. “hah? 1juta? Nggak salah? Setahu saya, akta lahir saya tidak bermasalah dan semua berkas saya lengkap!!” aku kaget dan agak kesal saat itu. Lalu dia menjawab, “ Iya Pak, ini karena Bapak kebetulan kelahiran tahun 1988. Memang di Akta Lahir Bapak tidak ada salah pengetikan dan semuanya sudah benar, hanya saja orang tua Bapak baru membuat akta lahir Bapak di tahun 1991 sehingga pengesahannya adalah di tahun 1991.”. Aku mulai emosi dan menimpali ucapan di telepon, “ Hanya karena itu harus menambah uang dua kali lipat? Ok, cancel pembuatan paspor saya. Sebentar lagi saya datang untuk mengambil kembali berkas saya!”..Keselllll!! akhirnya aku batal mengikuti study tour bersama teman-temanku.
Mungkin aku agak trauma dengan hal yang pernah aku alami tentang paspor, aku memilih untuk membuat sendiri tanpa perantara dengan datang langsung ke kantor imigrasi di Jl. Mangkubumi Medan. Dan berdasarkan info yang aku dapat dari temanku, pembuatan paspor tanpa perantara hanya berkisar 270ribu. Aku datang di hari selasa di jam 08.30 WIB dengan izin dari kantor terlebih dahulu. Aku kemudian datang mengantre cukup lama dengan pelayanan yang “wah” dari petugas keimigrasian. (mohon maaf untuk bapak ibu yang bekerja di kantor imigrasi Medan, kebetulan saya juga bekerja di bidang jasa, tepatnya jasa pelayanan perbankan, tapi saya harus jujur bahwa pelayanan kalian lumayan buruk). Aku memberi berkas dokumenku kepada seorang ibu bernama XXX di loket. (maaf saya merahasiakan namanya, kurang etis soalnya.haha). Saya mengawali sembari tersenyum dengan berkata “selamat pagi. Ini berkas saya untuk pembuatan paspor saya, ibu XXX”. Tanpa senyum dan muka lumayan kusut dia berkata tegas, “mana surat rekomendasinya perusahaannya?”. Aku agak linglung karena temanku berkata bahwa jika kita masih berstatus mahasiswa atau pelajar, cukup membawa berkas ijazah dan transkrip nilai beserta embel-embel lainnya seperti kartu keluarga, akta lahir, fotokopi ktp, surat WNI ortu, etc. Aku memang bekerja sambil berkuliah, jadi aku pikir persyaratan bagi mahasiswa yah sama saja. “Saya masih kuliah juga, ibu. Apakah masih belum lengkap jika saya membawa ijazah SMA dan transkrip nilai kuliah?”. “ Tapi kamu sudah bekerja, jadi tetap harus membawa surat rekomendasi! Besok datang lagi kemari, kebetulan loket sudah mau ditutup.” (waktu menunjukkan pukul 11.++ WIB).
Besoknya aku datang dengan membawa lengkap semua dokumenku + surat rekomendasi perusahaan yang aku buat sendiri. Then, Aku diminta untuk datang lagi 2 minggu setelah pengajuan berkas untuk tanda tangan dan sesi pemotretan (haha).
Aku datang lagi ke kantor imigrasi Medan yang selalu saja ramai seramainya (maklum, aku lebih suka tempat yang sunyi dan damai. Anak golongan darah A dengan segala sifatnya ada didiriku.haha). Aku mengantre cukup lama untuk difoto. Setelah sampai giliranku, aku dintrogasi oleh seorang bapak petugas imigrasi. “mana berkas kau?”..”berkas apa yah pak? bukannya saya sudah menyerahkannya kepada ibu XXX dan dia hanya meNYURUH saya datang hari ini untuk foto?” aku agak kebingungan. “ bukan itu yang saya maksud, tapi untuk foto, anda harus tetap membawa berkas asli anda. Ambil dulu!”..
Aku kesal. Itu saja kata yang terlukis di benakku. Ketika Bapak itu memintaku untuk mengambil berkas asliku dulu, aku langsung berkata aku akan datang 1 jam lagi berhubung rumahku lumayan jauh dari kantor imigrasi dan aku tidak mau mengikuti antrean lagi (harus main keras nih.Grrrr. peduli amat dengan orang lain yang melihatku menyelonong masuk.haha). Aku kesal karena aku kurang tahu prosedur dan aku kesal kenapa ibu XXX tidak memberitahu aku.huh!
Kurang lebih 1 minggu kemudian, pasporku siap dan aku datang mengambil dan sekalian membayar biayanya. Untunglah aku hanya mengeluarkan 270ribu untuk paspor daripada pembuatan paspor di tahun2008 dengan biaya berlipat-lipat, meskipun aku harus bolak-balik kantor imigrasi. “aku RELA!”..yah, aku rela dengan tak ikhlas. Hahaha. Akhirnya pasporku siap dan aku sedikit lebih mempermudah langkahku jika aku bisa meraih mimpiku untuk mendapatkan beasiswa ke US.^^

Minggu, 23 Januari 2011

persiapan untuk beasiswa CCIP AMINEF (1)

Mungkin persiapan untuk beasiswa yang kulakukan lumayan lama dan pastinya menyita banyak waktu. Namun, aku sangat menikmati semua itu pastinya.
Dulu, aku pernah bermimpi untuk berkuliah keluar negeri sama seperti beberapa temanku yang sepertinya asikk banget. Namun, pada waktu itu sepertinya aku harus mengubur impian itu karena keterbatasan biaya. Papa sudah meninggal sejak aku berumur 5 tahun. Aku dititipkan ke oma di Medan, dan mama bekerja di Batam untuk menghidupi aku dan adikku. Miris memang, dimana banyak anak bisa mendapatkan kasih sayang nyata dari orang tuanya di masa kecil, aku hanya bisa tersenyum dan terkadang iri akan kebahagiaan anak lain yang bisa digandeng orang tuanya atau bisa merasakan belaian hangat dari orang tuanya. Terkadang, disaat tahun baru imlek, tak jarang mama menelponku sambil menangis karena rindu dan tak bisa pulang pada waktu itu. Aku hanya bisa ikut menangis. Disaat semua keluarga berkumpul lengkap untuk acara makan bersama, aku hanya menangis dikamar karena papa sudah tidak ada dan mama harus bekerja untuk kami. Yah, semua demi aku dan adikku.
Mama terkadang pulang ke Medan untuk menjenguk kami 4-5 tahun sekali, dan 1 bulan setelah itu mama harus balik bekerja kembali. Sedih pastinya, karena aku berharap mama pulang dan tak kembali ke Batam lagi. Aku pernah berkata kepada mama, “ma, kalau bisa mama di Medan saja.”.Mama hanya menangis dan berkata, “nanti siapa yang membiayai kalian?”. Aku hanya bisa terdiam dan ikut menangis. Aku mungkin tipe anak cengeng dan melankolis (sampai sekarang).
Dulu, aku masih ingat, ketika mama pulang ke Medan, aku membuat puisi ke Mama tentang kasih Ibu. Respon mama Cuma tertawa, menangis dan tersenyum melihatku. Aku masih duduk di kelas 3 SD, dan aku masih bingung akan respon itu. Namun, sekarang aku mengerti akan hal itu. ^^.
Well, back to the topic. Setelah tamat dari SMA, aku berharap bisa berkuliah di Universitas Sumatra Utara untuk jurusan psikologi atau kedokteran. Namun, lagi-lagi karena keterbatasan waktu dan biaya, aku mengurungkan niatku dan berkuliah di perguruan tinggi swasta. Mama memintaku untuk berkuliah di kuliah swasta agar aku bisa bekerja di paginya dan berkuliah sore harinya. Jika aku kuliah di USU, jam kuliahnya cenderung bisa berubah-ubah sehingga aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan tetap untuk membantu membiayai diriku sendiri. Jadi, aku mengubur impianku untuk berkuliah keluar negeri dan aku mengurungkan niatku untuk mengambil jurusan psikologi di USU.
Di bulan November 2009, aku mulai mendengar tentang beasiswa-beasiswa yang diberikan oleh institusi yang ada di Indonesia dari salah seorang teman dekatku. Aku hanya berpikir,”apakah aku bisa diterima kalau aku melamar?”. Aku aga pesimis karena nilai akademisku memang tidak begitu bagus. Mungkin karena paginya aku mesti bekerja sampai sore dan aku lanjut kuliah sore sampai malam.
Di pertengahan April 2010, teman dekatku mendapat kabar bahwa dia lulus beasiswa ke US melalui program CCIP AMINEF, yang merupakan program beasiswa 1 tahun berkuliah di negeri Paman Sam. Aku menjadi semakin tertarik untuk mewujudkan mimpi yang sempat terkubur sebelumnya, yaitu berkuliah keluar negeri. Dan aku memastikan diriku untuk ikut melamar beasiswa CCIP AMINEF di tahun 2010. Ini adalah awal bagiku. Yah, awal dari mimpiku.^^