- Apakah sudah membaca buku panduan atau mencari informasi-informasi yang diperlukan via Google? Kalau sudah namun masih belum menemukan jawabannya, feel free untuk bertanya ke gw by email.
- Essay. Well, again, gw ngga pelit info. Bahkan gw share beberapa essay gw yang membuat gw sukses menjadi lpdp awardee. Kalau ada essay yang ngga gw share, berarti essay itu gw rasa cukup personal untuk di-share ke publik. Gw akan lebih appreciate kalo diminta proofread untuk essay yang sudah kalian buat.
- Minta informasi tentang beasiswa yang lagi buka berikut persyaratannya. Mas, Mba, kalau bisa email ke Saya, seharusnya punya akses internet, kan? Kalau mau mendapatkan informasi tentang beasiswa, bisa kog di-Google dulu daripada menunggu email balasan gw. Itu lebih efektif.
- Jurusan. Mottonya adalah “You know yourself best”. Nah, kalau masih bingung mau ambil jurusan apa, lebih baik gali lebih dalam tentang diri kalian, misalnya visi misi kalian kedepannya apa dan bagaimana. Gw sih bisa saja memberikan ide untuk kalian. Tapi sebagai aplikan beasiswa, kalian harusnya sudah tahu arah tujuan kalian itu mau kemana. Gw pernah di-email “seseorang” beberapa bulan lalu. Intinya dia mau apply beasiswa lpdp tapi dia galau mau ambil jurusan apa, terus terkendala “takut” ngga dikasih izin oleh atasannya. Jadi dia bertanya ke gw bagaimana minta izin ke atasannya. Gw sih sudah kasih saran sebisa gw. Eh, tetep aja dia galau. Well, harusnya untuk masalah begituan sih uda harus di-solve sendiri ya. Bagaimana kalian bisa meyakinkan interviewer atau pemberi beasiswa jika kalian sendiri masih galau dan bingung dengan diri sendiri berikut pilihan kalian? Pemberi beasiswa hanya memberikan beasiswa kepada orang yang siap!
Senin, 23 Maret 2015
Pemberi Beasiswa Hanya Memberikan Beasiswa Kepada Orang Yang Siap!
Kamis, 12 Maret 2015
LoA (Letter of Acceptance) Pertama Pasca Menjadi LPDP Scholarship Awardee
Selasa, 10 Maret 2015
GTMOO(Gerakan Tidak Minta Oleh-Oleh)
Mungkin ini sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar dari kita untuk meminta oleh-oleh pada teman yang berpergian; baik itu sekedar basa-basi, benar-benar meminta, ataupun "menitip" dengan embel-embel "gue nitip lo, ntar gue bayar."
Jujur, Saya bukanlah orang yang hobi berbelanja. Jadi, ketika Saya berpergian, maka hal yang Saya lebih prioritaskan adalah ingin mengenal kebudayaan setempat (makanan dan bahasa terutama) dan juga berinteraksi dengan orang lokal di daerah tersebut.
Salah satu hal yang paling berkesan yang Saya pelajari ketika berkuliah di Amerika Serikat adalah tentang budaya "minta oleh-oleh". Daripada meminta oleh-oleh yang sebenarnya bikin repot orang yang berpergian (note: tiap orang punya itinerary sendiri dengan memaksimalkan waktu yang terbatas), mereka (American) lebih memilih untuk mengucapkan "Have a safe and nice trip, Andreas!" Kalimat singkat sarat makna itu Saya anggap sebagai doa dari orang-orang terkasih agar Saya selamat sampai tujuan dan menikmati perjalanan Saya. Ingat, kita tak akan pernah tahu kapan saat "itu" tiba. Bisa saja hari dimana Saya berpergian adalah hari terakhir Saya hidup di Bumi.
Bagi Saya, ini adalah salah satu hal positif yang bisa kita tiru dari mereka untuk diaplikasikan dalam kehidupan kita. Tidak naif, Saya tidak pernah menolak oleh-oleh, tapi Saya tidak pernah meminta oleh-oleh. Malahan, Saya yang tidak meminta selalu diberi, dan tak jarang berlipat ganda. Rezeki takkan kemana.
Tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun juga, Saya dalam hal ini hanya sekedar berbagi tentang pendapat Saya mengenai minta oleh-oleh. Kesimpulannya, Saya mengajak teman-teman semua untuk berhentilah meminta oleh-oleh dan lebih daripada itu, berkatilah mereka orang-orang terkasihmu yang akan berpergian.
Salam,
Andreas