Setelah kurang lebih 13jam perjalanan udara via delta
airlines, akhirnya aku dan teman-temanku mendarat juga di bandara international
Atlanta, Georgia. Hal yang pertama aku syukuri adalah, “Yeay, I made it!!”
Keluar dari pesawat, aku harus melalui proses
imigrasi untuk memasuki wilayah Amerika Serikat. Dokumen yang harus aku
persiapkan adalah Pasporku, DS-2019, dan I-94 ku yang memang sudah aku taruh di
backpack-ku. Saat itu antrian lumayan panjang, jadi yah harus sabar menunggu.
Pas giliran aku, aku berhadapan dengan seorang lelaki kulit hitam berbadan
besar dan plontos. Setibanya di hadapan dia, aku didiemin. Si bule ini malahan
asyik ber-sms ria kurang lebih lima menit sambil teriak teriak gajebo ke teman sebelahnya.
“coba aku bisa se-enjoy ini ketika aku kerja jadi Customer Service Officer di
BCA. Haha.” Well, sebenarnya, aku agak takut dengan nada bicara dia yang
menurutku agak keras, secara aku kalau ngomong yah nggak sampe teriak-teriak
juga kalo ngga lagi esmosi. Ditambah lagi, dia tiba-tiba tanya ke aku mana I-94
ku. Aku yang memang dari awal udah agak grogi menjawab dengan agak takut sambil
menunjuk ke pasporku bahwa semuanya itu ada didalam. Dia langsung agak marah
dan bilang ke aku pake bahasa Inggris yang intinya, “aku lebih tahu dari kamu,
jadi kamu jangan menggurui aku!” Langsung deh aku terdiam dan tambah keringat
dingin. Aku cuma menunjuk di paspor dan menurut dia itu termasuk menggurui. *gigit
kabel deh. Haha. Untung saja I’m fine and berhasil melalui proses imigrasi
dengan baik. Tapi, aku tetap aja masih agak ketakutan. Inilah yang disebut
culture shock kayaknya yah?
Kami dijemput oleh para staff CCID yang semuanya pasti bule.
Agak lebay sih sebenarnya, tapi inilah pertama kali aku berinteraksi pake
bahasa Inggris dengan bule di Negara bule. Haha. Aku juga masih canggung
berbahasa inggris ketika mereka bertanya, tapi yah mau ngga mau harus berbicara
dan meyakinkan aku bisa berbicara bahasa inggris.(ya iyalah kalo ngga kog bisa
dapet beasiswa CCIP ke Amrik kalo bahasa Inggris ngga ngerti. Haha) Setelah aku
mengambil dua koper besarku di tempat pengambilan bagasi, aku pun menuju bus
yang akan mengantarku dan teman-teman lain menuju Emory University, tempat
tinggalku selama tiga hari orientasi. Di bus, aku berkenalan dengan beberapa
orang dari Kenya, Ghana, South Africa dan juga dari India. Pengalaman yang
menyenangkan.
Emory University. Salah satu universitas yang cukup terkenal
di Amerika Serikat. Yang aku dapati ketika aku sampai ke universitas ini
adalah, “This university is so BIG!!” Yah, Emory memang besar sekali dan sangat
tertata. Didalam kawasan universitas ini terdapat dorm yang akan aku tempati
selama tiga hari masa orientasiku di Atlanta, Georgia. Aku mendapatkan kamar
dengan 1 tempat tidur dan 1 meja dengan kamar mandi diluar kamar. Kamarku juga
dilengkapi dengan fasilitas wi-fi! YUHUU!
Hari-hari orientasi adalah hari yang menyenangkan bagiku.
Aku pribadi mendapatkan banyak pengetahuan dasar tentang kuliah di Amerika Serikat
pada umumnya. Aku juga mulai beradaptasi dengan makanan yang disediakan oleh
universitas. Well, makanan Amerika bukan favoritku. Sosis, daging-dagingan,
telur, salad, dll. Menurutku, makanan Amerika kurang berbumbu dan tidak pedas.
Tapi, aku berusaha belajar beradaptasi. Dan pastinya, aku mulai membiasakan
diriku untuk berbahasa Inggris. Awalnya aku agak malu-malu, namun I have no
choice, I have to speak English.
Hal menyenangkan lainnya adalah aku mendapatkan banyak
teman-teman baru dari berbagai Negara. Aku pastinya akrab dengan teman-teman
senegaraku seperti Anta, Razid, Hanna, Mba Irni, Hestin, Irni, mba Izmi, dan
Mela. Kebetulan kita sudah saling mengenal sebelum berangkat ke U.S. pas Pre
Departure Orientation and keep in touch via Facebook. Selain temen-temenku yang
gokil itu, aku juga lumayan akrab dengan teman-teman dari Brazil dan Panama.
Roberto contohnya, lelaki Panama ini sudah mengenal aku beberapa bulan sebelum
ke U.S. Jadi, kami lebih sering ngobrol dan ngumpul bareng. Teman-teman dari
Brazil adalah favoritku. Sayangnya aku baru banyak ngobrol dengan mereka di
hari terakhir. Vitor, Gui, Leo, and Lucas adalah beberapa teman Brazil
terbaikku. Di hari perpisahan, mereka memberikanku bendera Brazil ukuran 1.5 meter
yang dibubuhi tanda tangan mereka. “What a GIFT, kan??”
Dan..unforgettable momentnya adalah acara jalan-jalan! To be
honest, ini yang aku tunggu-tunggu juga. Haha. Kami diajak jalan-jalan ke CNN
untuk melihat seperti apa sih aktifitas di salah satu kantor berita terbesar di
U.S. ini. Kami diberikan tour gratis tentang CNN dan segala seluk beluknya.
Kemudian kami juga diajak ke Coca-cola Company. Tour di perusahaan Coca-Cola ini
asyik banget, meskipun aku kena culture shock lagi. Ini terjadi waktu tas-ku
hendak diperiksa oleh petugas wanita yang kebetulan black people. Dia memintaku
untuk membuka resleting tasku dengan aksen bahasa yang tidak kumengerti sampai
dia harus mengulang beberapa kali dan aku tidak kunjung mengerti. Akhirnya
petugas lainnya yang ngomong ke aku kalo aku harus buka resletingnya sendiri. “hahaha,
what a day deh. Maluu dikit.” Tapi memang Black people aksennya agak kental dan
banyak pake “slang.” (Noted: aku nggak mau rasis yah. Aku punya beberapa teman
baik black people and mereka baik ke aku) Setelah masuk, aku dikasih tour
tentang sejarah Coca-Cola dari tahun ke tahun. Nah,ini area favoritku, aku
memasuki area dimana aku bisa mencoba Coca-Cola dari seluruh dunia yang tiap Negara
punyai ciri khas cita rasa tersendiri. Sayangnya Coca-Cola dari Indonesia nggak
ada disana. L
Setelah mencoba hampir semua rasa Coca-Cola, akupun mulai cuci mata dengan banyak
souvenir khas Coca-Cola. Well, harganya mahal, bo! Sebenarnya aku masih punya
duit sih, soalnya CCID ngasih tiap orang VISA Gift Card $50 untuk belanja. Tapi,
aku udah beli banyak souvenir di CNN. Yah udah, foto-foto aja juga afdol deh. Hehe.
Stone Mountain juga salah satu free trip yang dikasih CCID.
It was so awesome! Naik ke bukit batu untuk melihat view Georgia memakai cable
car! Incredible banget deh! Haha. Aku pun menyempatkan diri untuk foto-foto
diatas bukit batu dengan teman-temanku. Setelah beres berfoto-foto, aku dan
teman-temanku duduk diatas rumput di bawah stone mountain untuk menantikan
Laser Show pukul 09.00 malam. Kenapa jam 9? Karena summer time di Amrik
biasanya sun set lebih lama. So, setelah menunggu 1 jam, akhirnya laser show
dimulai dengan laser-laser yang menggambarkan segala sesuatu tentang Amerika.
Acara ini berdurasi kurang lebih satu jam dan diakhiri dengan menyanyikan lagu
kebangsaan Amerika Serikat. Semua orang berdiri dan ikut menyanyikan lagu
bersama. Ini menunjukkan betapa mereka mencintai dan bangga akan Negaranya. Hal yang perlu bangsa Indonesia lakukan
bersama. Bangga dan cinta akan negaranya. J
Di Emory ini juga tiap perwakilan Negara diberi kesempatan
untuk menampilkan kebudayaan Negara masing-masing. Aku dan teman-temanku
sepakat untuk memakai baju daerah maupun batik. Aku, Anta, dan Razid pastinya memakai
batik. Aku memadukan batikku dengan udeng Bali, Razid memadukan batiknya dengan
sejenis penutup kepala khas daerah manaaa gitu, dan Anta dapet pinjaman penutup
kepala khas Batak Toba yang dipinjemin Erni. Kalo cewe-cewe, Mba Irni, Mba
Izmi, dan Hanna memakai busana muslimah khas Indonesia yang dipadukan dengan
batik dan kain songket. Hestin dengan baju khas Kupang, Erni dan Mela dengan
baju khas Batak. Dengan latihan beberapa jam sebelum tampil, akhirnya kami bisa
menghibur teman-teman lainnya dengan goyang dangdut sambil nyanyi lagu “Kopi
Dangdut.”
Akhirnya, tibalah saatnya harus berpisah dengan teman-teman
senegara dan teman-teman lain. Aku dan Anta akan ke Madison, Wisconsin, Razid
dan Hestin ke Urbana, Hanna ke Normal, yang sama-sama di State Illinois, Mba
Irni ke Hawaii, Mba Izmi ke Raleigh, North Carolina, Mela ke Minnesota, Erni ke
Kirkwood, Iowa, dan Roberto beserta teman-teman Brazilku di Florida. Sayonara,
my friend until we meet again. Somewhere, someday.
Pengalamannya keren
BalasHapusCross finger biar bisa jd grantee ��
Jadi tahu beberapa culture amrik nih.... Share lagi yaak
BalasHapusJadi tahu beberapa culture amrik nih.... Share lagi yaak
BalasHapus