Sepulangnya dari Madison, Saya
tidak henti-hentinya melamar beasiwa, dari beasiswa A sampai Z. Ternyata
pengalaman mendapatkan beasiswa Community College Initiative Program (CCIP)
membuat Saya ketagihan. Adalah tepat jika Saya me-label diri sebagai seorang
Scholarship Hunter, meskipun tampaknya perburuan kali ini tidak semulus
perburuan sebelumnya.
1. Beasiswa
Chevening
Salah satu persyaratan beasiswa
Chevening adalah pengalaman bekerja minimal dua tahun setelah menamatkan kuliah,
sedangkan Saya pernah bekerja di Bank selama 3 tahun saat sedang berkuliah,
bukan setelah tamat kuliah. Dengan modal nekad, Saya melamar beasiswa
Chevening. Hasilnya bisa ditebak. Saya gagal. Lesson to learn di pengalaman ini
adalah baca dan penuhi semua persyaratan beasiswa yang dituju, jangan hanya
modal NEKAD.
2. Beasiswa
Fulbright
Melamar beasiswa Master Fulbright
di tahun 2013 untuk jurusan yang Saya sendiri kurang mengerti hubungannya
dengan visi misi Saya. Hasilnya bisa ditebak juga, Saya gagal, bahkan tidak
lolos seleksi administrasi. Lesson to learn di kegagalan kali ini adalah kenali
diri sendiri, galilah minat dan hubungkan dengan cita-cita Anda kedepannya.
Jika Anda tidak yakin dengan diri Anda sendiri dan kurang mengerti apa yang
Anda mau, bagaimana meyakinkan pemberi beasiswa bahwa anda layak mendapatkan
beasiswa? Ini pertanyaan besar bagi diri Saya saat itu.
3. Beasiswa
VET Endeavour Award Australia
Melamar beasiswa ini dua kali; di
2012 dan 2013, dan gagal di keduanya. Pengurangan kuota besar-besaran di 2012 &
2013 untuk beasiswa ini sangat mengecewakan Saya pada awalnya. Namun setelah introspeksi
pasca kegagalan, Saya menyadari bahwa kualitas aplikasi dan essay saya sangat
lemah.
4. Beasiswa International
University Japan (IUJ)
Saya juga melamar beasiswa ini 2
kali; di 2012 dan 2013. Beasiswa IUJ memiliki proses cukup panjang dan lumayan menguras
kocek, mulai dari biaya TOEFL Score Report, application fee, sampai biaya
pengiriman dokumen. Hasilnya cukup baik, Saya mendapatkan beasiswa Nakayama
Type-S, berupa potongan tuition fee sebesar 50% (belum termasuk admission fee
dan living cost). Karena Saya mencari full-scholarship, Saya pun memutuskan
untuk menolak beasiswa Nakayama. Di tahun 2013, Saya mencoba lagi mengajukan
beasiswa ke IUJ, kali ini lebih awal. Hasilnya tetap sama, Saya mendapatkan
beasiswa Nakayama Type-S, dikarenakan tidak ada perubahan berarti dalam
aplikasi dan essay Saya. Lagi-lagi, Saya harus menolak beasiswa Nakayama.
Lesson to learn beasiswa IUJ adalah jangan mengharapkan hasil yang berbeda jika
tidak melakukan perubahan sama sekali.
5. Taiwan
Government Scholarship
Awalnya cukup bersemangat untuk mulai
melamar beasiswa ke Taiwan. Namun pada akhirnya, Saya memutuskan untuk tidak melamar
beasiswa ini karena merasa ribet dengan legalisir ijazah ke Menlu, Mendikbud, dan
konjen Taiwan, sementara deadline tinggal 4 hari lagi.
6. Unical scholarship
Calabria Italy
Cukup menggembirakan, Saya
mendapatkan beasiswa partial yang meng-cover tempat tinggal dan makanan, diluar tuition fee
yang cukup murah dan living cost. AGAIN, Saya memutuskan untuk tidak mengambil
beasiswa ini.
7. Beasiswa
University of Auckland
Boro-boro diterima beasiswa,
admission saja ditolak, berhubung pihak universitas meragukan ijazah Saya.
8. Beasiswa
di University of Westminster London
Hasilnya gagal.
9. Turkiye
Scholarship
Eh, gagal lagi.
Begitulah beberapa pengalaman
Saya dalam melamar beasiswa dari tahun 2012 sampai 2014. Namun, Saya yakin
bahwa kegagalan adalah pembelajaran, kegagalan adalah semangat baru, dan kegagalan
adalah awal keberhasilan. To be continued…
tetap semangat mas! saya harap saya bisa dapat byk pengalaman dari anda :)
BalasHapusTerima kasih, Eki. :)
BalasHapusBuset!!!!! gokil bung.
BalasHapusSaya lebih tertarik cerita kegagalan drpd kesuksesan anda mendapat beasiswa. haa
Inspiratif!!!!
Sukses bung!!!!