Jumat, 14 November 2014

Sukses Terbesar Dalam Hidupku (Essay Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP)



Essay kedua yang gw share adalah Essay tentang “Sukses Terbesar dalam Hidupku.” Well, butuh waktu beberapa hari untuk memikirkan “What to Write and How to Start” di Essay yang ini. Kuncinya hanya satu, galilah dan ingatlah momen-momen yang pernah dialami selama hidup, kemudian hubungan dengan hikmah yang dapat diambil.

“Anak Mama harus sukses,” sepenggal nasehat terakhir di draft SMS yang Saya temukan di handphone Mama, masih belum sempat terkirim ke Saya. Harapan Mama menjadi inspirasi Saya untuk bersungguh-sungguh meraih impian, meskipun dalam perjalanannya harus berkerikil.

Berawal dari masa kecil; sebuah masa pembelajaran. Sederhananya, belajar menabung adalah kesuksesan terbesar saat kelas III SD. Menyisihkan sebagian uang jajan untuk ditabung di celengan plastik berbentuk ayam adalah latihan manajemen keuangan pertama Saya. Sebagian besar uang yang terkumpul selama satu tahun, ditambah dengan uang “Angpau” Tahun Baru Imlek, Saya setorkan ke rekening Bank Bali. Sebagian kecilnya lagi untuk membeli baju baru dan komik; penghargaan kecil untuk keuletan menabung seorang anak SD.

Masa beranjak remaja; sebuah masa memahami tentang kerja keras seorang wanita hebat untuk biaya sekolah Saya. Pemahaman ini memacu Saya untuk belajar giat. Singkatnya, mengubah sekolah berbayar menjadi sekolah gratis dari pembiayaan beasiswa adalah kesuksesan terbesar Saya sejak SD. Setidaknya, beban wanita yang Saya kagumi itu sedikit berkurang.

Masa beranjak dewasa; masa transformasi untuk sebuah kepribadian. Mengikuti lomba pidato dan debat Bahasa Inggris adalah langkah perubahan Saya untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Masih teringat ketika kedua tangan gemetaran memegang naskah pidato di lomba pidato pertama Saya. Namun, seiring berjalannya waktu, Saya menjadi percaya diri untuk berpidato didepan publik. Transformasi inilah yang membawa Saya untuk beberapa kali menjadi pembicara di seminar pendidikan dan beberapa universitas di kota Medan. Oleh karena itu, kesuksesan terbesar Saya di masa ini adalah transformasi kepribadian yang percaya diri.

Masa bekerja; masa mengasah kemampuan. Sebagai Customer Service Officer di Bank Central Asia (BCA), Saya selalu berinteraksi dengan nasabah beragam karakteristik. Sebagai pekerja profesional, rasa empati, pelayanan tulus, dan bekerja sesuai prosedur adalah wajib. Selalu membantu dan memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah adalah kesuksesan terbesar dalam karir saya sebagai seorang Customer Service Officer.

Masa berbagi; masa bersyukur dan berbagi dengan sesama. Berawal dari obrolan ringan dengan teman bankir tentang rencana akhir pekan yang lebih bermakna, Kami memutuskan untuk melakukan kegiatan sosial tiap bulannya melalui Bakti Charity, organisasi kecil yang Saya dirikan. Riset tentang panti asuhan disekitar kota Medan adalah hal pertama yang Saya lakukan. Kemudian, rencana untuk donasi Saya informasikan kepada teman lain melalui media sosial Facebook. Setelah donasi sembako dan keperluan sekolah cukup, kami berkunjung ke panti asuhan yang telah Kami hubungi sebelumnya.  Makan dan bernyanyi bersama-sama dengan adik-adik di Panti Asuhan adalah kebahagiaan. Terkadang, hal kecil yang Kita perbuat mungkin akan sangat bermakna untuk orang lain. Sehingga, kesuksesan terbesar di masa berbagi adalah saat dimana Saya bisa membawa kebahagiaan kepada orang lain, yang sebenarnya balik memberikan kebahagiaan kepada Saya.

Masa berpikir bahwa sukses adalah sederhana. Agustus 2013, Saya mewujudkan mimpi untuk berkunjung ke Osaka, Jepang, melalui undangan seorang teman Jepang. Kendala Bahasa Inggris adalah tantangan, namun Bahasa tubuh adalah universal. Di hari keempat traveling di Osaka, Saya memutuskan untuk menelusuri kota Osaka sendirian, dengan tujuan utama Istana Osaka. Bermodalkan Pocket Wi-fi, Google Map, dan bertanya kepada masyarakat lokal, akhirnya Saya tiba di Istana Osaka. Bermimpi ke Jepang, mewujudkannya, berkeinginan ke Istana Osaka, dan merealisasikannya. Sesederhana itulah sukses terbesar Saya ketika berkunjung ke Jepang.

Masa yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Berawal dari informasi dari seorang teman tentang beasiswa ke Amerika Serikat, Saya melamar beasiswa Community College Initiative-AMINEF. Seperti keinginan banyak orang, Saya juga memimpikan berkuliah diluar negeri. Sempat terbersit keraguan untuk bisa mewujudkannya. Namun, pemikiran itu Saya buang jauh-jauh. “Jika orang lain bisa, kenapa Saya tidak?” Dengan keyakinan itu, berikut kerja keras, doa, dan kesabaran, akhirnya Saya bisa berkuliah di Madison Area Technical College, Madison, Wisconsin. Keyakinan bahwa meraih mimpi adalah hal yang mungkin merupakan salah satu kesuksesan terbesar Saya saat itu.

Masa hidup akan tetap bergulir. Perjalanan panjang yang tentu tidak hanya lurus saja. Berpedoman pada nasehat terakhir dari Mama, Saya akan tetap belajar, memahami sebab untuk hal yang terjadi, tetap mentransformasi diri kearah positif, selalu mengasah kemampuan, tak lupa untuk berbagi, berkeyakinan bahwa sukses adalah sederhana, dan yakin tidak ada yang tidak mungkin bagi orang yang bersungguh-sungguh, maka kesuksesan akan selalu dekat untuk diraih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar