Essay kedua yang gw share adalah Essay
tentang “Sukses Terbesar dalam Hidupku.” Well, butuh waktu beberapa hari untuk
memikirkan “What to Write and How to
Start” di Essay yang ini. Kuncinya hanya satu, galilah dan ingatlah
momen-momen yang pernah dialami selama hidup, kemudian hubungan dengan hikmah
yang dapat diambil.
“Anak Mama harus sukses,” sepenggal
nasehat terakhir di draft SMS yang
Saya temukan di handphone Mama, masih
belum sempat terkirim ke Saya. Harapan Mama menjadi inspirasi Saya untuk bersungguh-sungguh
meraih impian, meskipun dalam perjalanannya harus berkerikil.
Berawal dari masa kecil; sebuah masa
pembelajaran. Sederhananya, belajar menabung adalah kesuksesan terbesar saat
kelas III SD. Menyisihkan sebagian uang jajan untuk ditabung di celengan
plastik berbentuk ayam adalah latihan manajemen keuangan pertama Saya. Sebagian
besar uang yang terkumpul selama satu tahun, ditambah dengan uang “Angpau” Tahun Baru Imlek, Saya setorkan
ke rekening Bank Bali. Sebagian kecilnya lagi untuk membeli baju baru dan komik;
penghargaan kecil untuk keuletan menabung seorang anak SD.
Masa beranjak remaja; sebuah masa memahami
tentang kerja keras seorang wanita hebat untuk biaya sekolah Saya. Pemahaman
ini memacu Saya untuk belajar giat. Singkatnya, mengubah sekolah berbayar
menjadi sekolah gratis dari pembiayaan beasiswa adalah kesuksesan terbesar Saya
sejak SD. Setidaknya, beban wanita yang Saya kagumi itu sedikit berkurang.
Masa beranjak dewasa; masa transformasi
untuk sebuah kepribadian. Mengikuti lomba pidato dan debat Bahasa Inggris adalah
langkah perubahan Saya untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Masih
teringat ketika kedua tangan gemetaran memegang naskah pidato di lomba pidato
pertama Saya. Namun, seiring berjalannya waktu, Saya menjadi percaya diri untuk
berpidato didepan publik. Transformasi inilah yang membawa Saya untuk beberapa
kali menjadi pembicara di seminar pendidikan dan beberapa universitas di kota
Medan. Oleh karena itu, kesuksesan terbesar Saya di masa ini adalah
transformasi kepribadian yang percaya diri.
Masa bekerja; masa mengasah kemampuan. Sebagai
Customer Service Officer di Bank
Central Asia (BCA), Saya selalu berinteraksi dengan nasabah beragam
karakteristik. Sebagai pekerja profesional, rasa empati, pelayanan tulus, dan
bekerja sesuai prosedur adalah wajib. Selalu membantu dan memberikan pelayanan terbaik
kepada nasabah adalah kesuksesan terbesar dalam karir saya sebagai seorang Customer Service Officer.
Masa berbagi; masa bersyukur dan berbagi
dengan sesama. Berawal dari obrolan ringan dengan teman bankir tentang rencana
akhir pekan yang lebih bermakna, Kami memutuskan untuk melakukan kegiatan
sosial tiap bulannya melalui Bakti Charity, organisasi kecil yang Saya dirikan.
Riset tentang panti asuhan disekitar kota Medan adalah hal pertama yang Saya
lakukan. Kemudian, rencana untuk donasi Saya informasikan kepada teman lain melalui
media sosial Facebook. Setelah donasi
sembako dan keperluan sekolah cukup, kami berkunjung ke panti asuhan yang telah
Kami hubungi sebelumnya. Makan dan
bernyanyi bersama-sama dengan adik-adik di Panti Asuhan adalah kebahagiaan. Terkadang,
hal kecil yang Kita perbuat mungkin akan sangat bermakna untuk orang lain.
Sehingga, kesuksesan terbesar di masa berbagi adalah saat dimana Saya bisa
membawa kebahagiaan kepada orang lain, yang sebenarnya balik memberikan kebahagiaan
kepada Saya.
Masa berpikir bahwa sukses adalah
sederhana. Agustus 2013, Saya mewujudkan mimpi untuk berkunjung ke Osaka,
Jepang, melalui undangan seorang teman Jepang. Kendala Bahasa Inggris adalah
tantangan, namun Bahasa tubuh adalah universal. Di hari keempat traveling di Osaka, Saya memutuskan
untuk menelusuri kota Osaka sendirian, dengan tujuan utama Istana Osaka.
Bermodalkan Pocket Wi-fi, Google Map,
dan bertanya kepada masyarakat lokal, akhirnya Saya tiba di Istana Osaka. Bermimpi
ke Jepang, mewujudkannya, berkeinginan ke Istana Osaka, dan merealisasikannya.
Sesederhana itulah sukses terbesar Saya ketika berkunjung ke Jepang.
Masa yakin bahwa tidak ada yang tidak
mungkin. Berawal dari informasi dari seorang teman tentang beasiswa ke Amerika
Serikat, Saya melamar beasiswa Community
College Initiative-AMINEF. Seperti keinginan banyak orang, Saya juga
memimpikan berkuliah diluar negeri. Sempat terbersit keraguan untuk bisa
mewujudkannya. Namun, pemikiran itu Saya buang jauh-jauh. “Jika orang lain
bisa, kenapa Saya tidak?” Dengan keyakinan itu, berikut kerja keras, doa, dan kesabaran,
akhirnya Saya bisa berkuliah di Madison Area Technical College, Madison,
Wisconsin. Keyakinan bahwa meraih mimpi adalah hal yang mungkin merupakan salah
satu kesuksesan terbesar Saya saat itu.
Masa hidup akan tetap bergulir. Perjalanan
panjang yang tentu tidak hanya lurus saja. Berpedoman pada nasehat terakhir
dari Mama, Saya akan tetap belajar, memahami sebab untuk hal yang terjadi,
tetap mentransformasi diri kearah positif, selalu mengasah kemampuan, tak lupa
untuk berbagi, berkeyakinan bahwa sukses adalah sederhana, dan yakin tidak ada
yang tidak mungkin bagi orang yang bersungguh-sungguh, maka kesuksesan akan
selalu dekat untuk diraih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar